YOGYAKARTA, SM Network – Kondisi udara di kawasan perumahan yang ada di Kota Jogja diketahui jauh berada di atas ambang batas baku mutu kuman yang diperbolehkan. Pesatnya pembangunan perumahan disinyalir menjadi penyebab hal tersebut terjadi.
“Baku mutu ambang batasnya itu kan 700 cfu/m3. Tapi di banyak perumahan di Jogja ternyata baku mutu kumannya di atas ambang batas itu. Bahkan di atas angka 2.000 cfu/m3 dimana angka ini hasil pengujian kualitas udara di salah satu instansi pemerintah,” tutur Darwani, petugas laboratorium di Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi (BLKK) Dinas Kesehatan Provinsi DIY, Selasa (21/7).
Ditemui saat melakukan pengujian kualitas udara di sebuah hotel di Kota Jogja, Darwani menjelaskan kondisi lingkungan perumahan dan perkampungan yang saat ini semakin padat menjadi penyebabnya. Dengan tingkat aktivitas masyarakat yang tinggi pula dan terkadang mengabaikan pola hidup sehat secara tak disadari memicu tingginya angka baku mutu kuman tersebut. “Penelitian dan pengujian ini kami lakukan sebelum pandemi Covid-19 ini terjadi,” imbuh dia.
Meski begitu, secara tak langsung selama Covid-19 ini, angka baku mutu kuman udara di Kota Jogja sudah menurun mendekati ambang batas. Dan proses disinfektasi turut membantu penurunan angka itu. “Meski tak terlalu signifikan saat ini sudah menurun karena proses disinfektasi seperti penyemprotan dan terutama pengasapan memang efektif menurunkan angka tersebut,” paparnya.
Sementara itu, Masrifatun Nafiah staf ahli penyedia jasa penyemprotan kuman dan bakteri mengakui pihaknya banyak menemukan beberapa instansi pemerintah dan pendidikan yang disejumlah ruangannya memiliki kualitas udara tak cukup baik. “Ada yang mendekati ambang batas baku mutu ada juga bahkan melebihi. Tapi setelah dilakukan fooging memang langsung turun angka baku mutunya, bahkan ada yang sampai nol cfu/m3,” tandas dia.
Gading Persada