SLEMAN, SM Network – Meski sampai saat ini belum ada kejelasan waktu vaksinasi Covid-19, namun setidaknya informasi temuan vaksin memberi secercah harapan bagi masyarakat. Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman Joko Hastaryo, pelaksanaan vaksinasi diperkirakan pada akhir tahun 2020 atau awal 2021.
Informasi dari pusat, 30 persen dari total kebutuhan vaksin diperuntukkan vaksinasi program pemerintah yang diberikan secara cuma-cuma. Sedangkan 70 persen, masuk kategori vaksin mandiri atau berbayar.
“Vaksin Covid-19 nantinya akan disuntikkan dua kali agar efektif. Selang waktunya sekitar dua minggu,” kata Joko, Senin (14/12).
Dia menjelaskan, beberapa jenis vaksin umumnya diberikan dengan jeda waktu satu bulan. Namun khusus Covid-19, jedanya hanya sekitar dua minggu. “Itu kita syukuri karena awalnya butuh selang waktu enam bulan antara penyuntikan pertama dan kedua,” katanya.
Merujuk publikasi sejumlah produsen vaksin, efektivitas vaksin Covid-19 diklaim berkisar 90-95 persen. Angka itu sesuai standar kebijakan Kementerian Kesehatan RI yang menyatakan tidak akan memakai vaksin dengan efektivitas dibawah 90 persen.
Selain keefektifan, pertimbangan lain dalam penentuan vaksin adalah faktor keamanan. Setelah melalui uji klinis tahap ketiga ke manusia, vaksin Covid-19 akan diperiksa oleh BPOM RI dan selanjutnya dikeluarkan rekomendasi.
Dalam pengujian kehalalan vaksin, pemerintah melibatkan pula Majelis Ulama Indonesia (MUI).
“Ada utusan dari MUI dan Kementerian Agama yang berkunjung ke pabrik vaksin. Namun sesuai statement Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang juga ulama, jika ada suatu tahapan yang menyebabkan tidak halalnya vaksin, maka dilihat sisi manfaat dan mudharat. Kalau bermanfaat, jika terpaksa tetap harus digunakan,” papar Joko.
Menanggapi adanya rumah sakit yang mulai membuka pendaftaran vaksinasi Covid-19, dia menegaskan sejauh ini belum ada kepastian dari pusat. “Setahu saya, baru ada satu rumah sakit yang menerima pendaftaran, ya monggo saja. Tapi yang jelas, vaksin program pemerintah saja belum pasti,” tandasnya.
Dia mengatakan, 1,2 juta dosis vaksin Covid-19 yang sudah tiba di Indonesia masih sangat jauh dari angka kebutuhan. Vaksin itu bahkan belum cukup untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang menjadi prioritas utama.
“Dari jumlah itu, DIY hanya akan menerima 1.500 dosis vaksin. Jika ada pihak swasta yang membuka tawaran vaksinasi, mungkin punya link sendiri karena kalau dari jalur pemerintah, masih sangat belum mencukupi untuk dijual ke swasta,” pungkasnya.