PURWOREJO, SM Network – Mensiasati kondisi pandemi Covid-19 dimana pembelajaran di sekolah dilaksanakan secara jarak jauh (PJJ) atau dalam jaringan (daring) internet, SMPN 40 Purworejo membuat terobosan dengan membentuk kelompok belajar (pokjar).
Kepala SMPN 40 Purworejo, Himawan Susrijadi, mengatakan sekolahnya memberlakukan kebijakan belajar daring sejak terjadinya pandemi. Namun, berdasarkan pengamatan memang ada kendala selama pembelajaran daring.
Dalam pembelajaran daring, inovasi guru, sekolah, dan infrastruktur jaringan internet menjadi tumpuan utama. Padahal, tidak seluruh wilayah terjangkau sinyal internet. Pandemi juga mengakibatkan ekonomi masyarakat terdampak sehingga memberatkan untuk membeli sarana ponsel yang mendukung maupun paket data internet.
Selain itu, pelaksanaan pembelajaran daring juga memiliki kekurangan karena ada bagian pendidikan karakter yang sulit ditransfer kepada anak melalui sarana teknologi daring. Mensiasati kondisi itu, SMPN 40 Purworejo membuat terobosan dengan membentuk pokjar.
Menurut Himawan, pokjar menjadi bagian dari pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dibentuk untuk memudahkan koordinasi anak dalam mengikuti pembelajaran online. Pokjar dibentuk di tiap desa dengan anggota siswa yang tinggal di satu wilayah.
“Pokjar rata-rata beranggotakan lima hingga sepuluh anak. Dalam Pokjar mereka mengikuti pembelajaran online, kemudian ketika ada anak yang tidak paham materi, guru mapel (mata pelajaran) turun ke desa memberi penjelasan,” katanya.
Dalam pelaksanaan PJJ dan pokjar, lanjut Himawan, SMP 40 tetap mengedepankan penerapan protokol kesehatan. Siswa dan guru wajib memakai masker, menjaga jarak, memakai face shield, dan hand sanitizer. Pihaknya berharap program tersebut bisa menjadi pengisi kekosongan dari pembelajaran daring.
“Ilmu akan lebih mudah dipahami siswa dan transfer pendidikan karakter pun tetap bisa dilaksanakan meskipun terbatas. Guru juga lebih bersemangat karena sejatinya mereka amat sangat menikmati proses berbicara secara langsung di hadapan anak didiknya,” tuturnya.
Mengenai koneksi internet, imbuh Himawan, sekolah juga mencoba membuat terobosan untuk memenuhi kebutuhan internet siswa dengan meminta dukungan pemerintah desa (Pemdes). Kegiatan itu secara simbolis dilakukan di Desa Ngampel, Sumampir, dan Kesawen.
“Kami berkirim surat resmi, meminta dukungan dari Pemdes, agar anak-anak kami diberi izin menggunakan internet desa untuk mengakses pembelajaran daring,” tambahnya.
Panuju Triangga