Santri FAJIM Produksi Kerupuk dari Telur Asin

SM/Arif Widodo - HASIL PRODUKSI : Santri FAJIM Pondok Pesantren Al Hasani Desa Jatimulyo, Kecamatan Alian, Kebumen. Salah satunya Muhammad Zainal Arifin menunjukkan hasil produksi kerupuk telur asin.

ALIAN, SM Network – Ada saja kreatifitas dari santri Forum Anak Jalanan Insyaf, Mengaji (FAJIM) Pondok Pesantren Al Hasani Desa Jatimulyo, Kecamatan Alian, Kebumen. Salah satunya Muhammad Zainal Arifin (23), yang memproduksi kerupuk dari telur asin. Makanan yang disulap dari empuk menjadi rentah itu kini disajikan dalam berbagai rasa mulai pedas hingga balado.

Santri yang akrab disapa Zainal ini mengatakan, ide awal membuat kerupuk berbahan telur asin ini didapat dari salah seorang temanya saat melakukan kegiatan KKN di Kabupaten Brebes. Di tempat tersebut diketahui banyak produsen telur asin.

“Dari situ, kemudian saya berinisiatif untuk membuatnya. Setelah dirasa cukup berhasil, kemudian saya mencoba memasarkannya,” kata Zainal.

Produknya yang kini mulai diminati masyarakat tersebut diberi nama “Kerupuk Telur Asin FAJIM”.

Dijelaskanya, kerupuk telur asin yang perpaduan antara bahan tepung dan telor asin itu tidak sama seperti telur lainnya. “Yang membedakan kerupuk telur asin itu kuning telornya tetap terpisah,” imbuhnya.

Proses pembuatannya tidak terlampau sulit. Cukup dengan olahan tepung tapioka, terigu, telor asin dan bumbu diadon menjadi bulatan kerupuk mentah. Setelah dikukus dan dingin kerupuk diris tipis untuk dijemur selam kurang lebih dua hari.

Setelah proses penjemuran kering, baru di goreng dan kemudian dikemas dalam bungkus yang menarik. Adapun untuk Harga perbungkusnya, terbilang cukup murah. Yakni Rp 6000 setiap isi 50 gramnya. Sementara untuk pemasarannya sendiri banyak melalui online.

“Pemasarannya melalui online juga ,kadang ada juga yang datang kesini minta jadi reseller,” jelas Zainal.

Dirinya menambahkan, usaha yang baru di rintis sejak satu bulan ini dilakukan untuk melatih kreatifitas dan kemandirianya sebagai seorang santri. Terlebih dirinya merupakan salah seorang santri yang pernah memiliki masa lalu kelam. Zainal berharap, selama mengaji di pondok pesantren, dirinya bisa mendiri dan tidak bergantung pada orang tua.

“Intinya saya ingin bisa mandiri dan tidak merepotkan orang tua,” mbuhnya.


Arif Widodo / K5

Pos terkait

Tinggalkan Balasan