Sambut HUT Kemerdekaan RI, Wali Kota Sambangi Tempat Doa Bersama Lintas Agama

MAGELANG – Wali Kota Magelang, dr Muchamad Nur Aziz menyambangi tempat-tempat yang digunakan sebagai tempat doa bersama pada momentum malam tirakatan memeringati HUT ke-78 Kemerdekaan RI, Rabu (16/8) malam.

Ia pun mengapresiasi antusiasme umat beragama yang turut dalam giat doa bersama.

“Saya berkeliling menemui para jamaat yang sedang doa bersama untuk bangsa Indonesia yang tengah berulang tahun kemerdekaan. Mereka tampak khidmat mendoakan tanah air kita agar makin maju ke depannya,” ujarnya.

Kunjungan orang nomor satu di Kota Tidar ini dimulai setelah mengikuti malam tasyakuran di Alun-alun Kota Magelang. Turut hadir para anggota Forpimda dan kepala OPD serta masyarakat umum.

Setelahnya, Dokter Aziz bersama Forpimda menuju Kelenteng TITD Liong Hok Bio untuk bertemu pada umat Konghucu yang melakukan doa bersama.

Kemudian ke Lokabudaya Soekiming bertemu umat Hindu, GPIB bertemu umat Kristen, Balai Diklat Kementerian Keuangan bertemu umat Buddha/Tao, Gereja Ignatius untuk bertemu umat Katolik, dan Masjid Agung Kauman bertemu dengan umat muslim.

Dia menegaskan, pemerintah berkomitmen mempertahankan predikat Kota Magelang sebagai kota toleran.

Menurut SETARA Institute, tahun 2021 Kota Magelang berada di peringkat 6 Kota Toleran di Indonesia. Selanjutnya, kota ini berada di peringkat 10 nasional tahun 2022.

Maka, berbagai upaya pun dilakukan, salah satunya diwujudkan dalam salah satu program unggulan Pemkot Magelang, yakni Program Magelang Agamis (Progamis). Selain itu, juga dicanangkan kampung religius di sejumlah kampung.

“Saya sampaikan ke para tokoh agama dan Jamaat untuk bersama-sama ayo jaga toleransi di Kota Magelang. Kita bertekad meningkatkan indeks kota toleran (IKT) tahun 2023 ini, dan saya yakin setelah melihat warga begitu guyup di malam tasyakuran ini indeks kita akan meningkat,” tuturnya.

Dijelaskan dr Aziz, progamis dan Kampung Religius ini merupakan program unggulan kota dan memiliki dasar hukum yang jelas. “Program ini terus kita genjot, selain juga ke depan akan membuat sekolah kebhinekaan,” ucapnya.

Dokter Aziz menepis anggapan adanya kampung religius justru mengindikasikan adanya intoleransi. Pernah pula ada kesalahpahaman soal Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Cerdas tingkat SMP tahun 2022 lalu yang disebut ada peristiwa intoleran.

“Sebetulnya itu tidak terjadi, karena semua agama diberi kesempatan yang sama. Kampung religius bukan milik umat Islam semata, tapi juga umat agama lain yang diharap dapat hidup rukun dan saling toleransi,” jelasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan