Pulihkan Ekonomi UMKM, Pasar Covid Jambidan Terapkan Phyiscal Distancing Antar Pedagang

SMN/Gading Persada - JAGA JARAK: Foto yang diambil dari udara menunjukkan para pedagang di Pasar Covid Jambidan (Pasadan) sudah menerapkan protokol kesehatan jaga jarak. Pasar yang berada di Lapangan Desa Jambidan, Banguntapan, Bantul ini resmi beroperasi sejak Sabtu (18/7).

NYARIS belum ada pasar di DIY yang menerapkanphyiscal distancing (jaga jarak) ketat terutama antarpedagang di lokasi berjualan mereka di tengah masih berlangsungnya pandemi Covid-19. Namun di Desa Jambidan, Kecamatan Banguntapan, Bantul, yang diinisiasi sejumlah relawan pemuda tergabung dalam Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) desa setempat, hadir Pasadan alias Pasar Covid Jambidan yang menerapkan protokol kesehatan ketat dalam bingkai pemulihan ekonomi para pelaku UMKM. Berikut ceritanya:

Pandemi Covid-19 memang berdampak pada semua relung kehidupan masyarakat, semua sektor terdampak. Utamanya pada sektor ekonomi, sosial dan budaya. “Karena pandemi Covid-19 termasuk dalam slow on set disaster

atau yang biasa diartikan bencana yang berdampak pelan tetapi terasa. Bencana jenis ini akan lebih terdampak pada sektor-sektor yang non fisik,” jelas Ketua FPRB Desa Jambidan Mart Widarto, Minggu (19/7). Desa Jambidan pun tidak lepas terdampak pandemi Covid-19. Sektor ekonomi menjadi salah satu sektor yang terdampak cukup terasa. Melihat peta ekonomi warga, ungkap dia, warga Jambidan didominasi para pekerja (penglaju)

dan juga pelaku usaha mikro. Dengan adanya pandemi ini sektor ekonomi ini menjadi salah satu perhatian bersama.
“Pasadan ini sebenarnya lebih pada kegiatan early recovery atau pemulihan dini masa pandemi Covid-19. Yaitu memulihkan ekonomi bagi warga terdampak Covid-19. Terutama bagi pelaku ekonomi mikro yang hanya memiliki usaha satu dan menjadi sumber penghidupan namun terpaksa terhenti karena pandemi,” ungkap dia.

Lantas, kenapa dipilih berkonsep pasar? Widarto menjawab bahwa sejatinya pasar hanya sebuah istilah mempertemukan antara pelaku usaha kecil dengan pembeli yang tentu harus ada media mempertemukan. Nah, Pasadan sendiri memang dikonsep bukan sebagai sebuah pasar permanen pada umumnya. Berada di selasar barat Lapangan Desa Jambidan, Pasadan hanya berlangsung setiap Sabtu sore dan Minggu sore di akhir pekannya. Itu pun hanya dua bulan ke depan yang pengoperasian pertama kali dilakukan Sabtu (18/7) kemarin.

“Kami memang sengaja mengkonsep pasar seperti ini, tidak permanen, mengumpulkan mereka para pedagang serta pelaku UMKM. Kami ingin mengawali bahwa dalam kondisi pandemi saat ini, konsep yang ada di Pasadan layak untuk ditiru,” tutur dia.
Konsep yang ingin ditularkan Pasadan, sebut Widarto, tak hanya penerapan phyiscal distancing lapak-lapak antar pedagang yang dibuat berjarak satu hingga dua meter serta penerapan protokol kesehatan yang ketat, seperti pengecekan suhu tubuh secara rutin untuk pedagang dan pembeli kemudian penyediaan tempat mencuci tangan, namun lebih dari itu.

eperti mereka yang berjualan di pasar ini adalah para pedagang dan pelaku Usaka Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang memang terdampak langsung pandemi. Termasuk menjadi pembelajaran Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) dengan penerapan protokol kesehatan ketat.

“Total ada 33 stand pedagang di pasar ini. Jenis produknya ada yang makanan, minuman hingga buku dan lain sebagainya. Terpenting UMKM, pedagang kecil yang karena Corona ini harus gulung tikar atau menutup usahanya,” tegas dia. Widarto mengakui pihaknya menyeleksi secara ketat pedagang yang ada di Pasadan. Mereka yang tidak berdampak langsung pandemi, atau pedagang yang muncul saat pandemi langsung dicoretnya dari list.

“Kami harus tegas, banyak pedagang baru memanfaatkan situasi padahal mereka tidak terdampak. Makanya kami coreti itu dari sekitar lebih dari 50 an pedagang akhirnya yang tersaring hanya 33, menyesuaikan jumlah stand yang kami sediakan,” paparnya.
Sementara itu Camat Banguntapan Fauzan Muarifin mengapreasi munculnya Pasar Covid Jambidan. Hadirnya pasar tersebut dinilainya sebagai sebuah oase bagi para pelaku UMKM yang ambruk karena pandemi dan mencoba bangkit lagi dalam era Tatanan Baru ini.

“Terlebih di kecamatan kami ini (Banguntapan) masuk zona merah Covid-19. Tapi kami tak berdiam diri saja, kami lakukan terus pemulihan dan relaksasi salah satunya dengan Pasadan ini. Jadi kami percaya, bahwa memberikan masyarakat bertanggung jawab terhadap kesehatannya maka pandemi ini bisa segera berakhir,” tandas Fauzan.


Gading Persada

Pos terkait

Tinggalkan Balasan