KEBUMEN, SM Network – Kopi Kedunggong dari Desa Kedunggong, Kecamatan Sadang, Kebumen potensial untuk dikembangkan. Tanamannya yang rata-rata sudah berumur lebih dari setengah abad itu pun menghasilkan kopi yang melimpah. Bahkan satu pemilik kebun kopi di desa setempat bisa sekali panen mencapai satu ton.
“Sayangnya kopi Kedunggong belum diolah,” ungkap pegiat tani Kedunggong, Slamet, Senin (9/2).
Saat panen kopi yang dilakukan petani selama ini juga masih banyak yang petik hijau. Sebagian biji-biji kopi yang belum dipilah itu dijual ke Wonosobo. Slamet lantas menyebut beberapa petani yang sekali panen kopi setiap Mei mencapai satu ton. Antara lain Suhadi dan Minar.
Selanjutnya, ia yang diikutkan dalam pelatihan pengolahan kopi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengaku sedang bersiap pada 2021, agar kopi Kedunggong yang dijual ke luar sudah dalam bentuk olahan. “Selain itu juga petik merah, bukan petik hijau,” imbunya.
Ia pun kemudian menyampaikan kepedulian pemerintah yang mendorong pengembangan kopi Kedunggong. Di antaranya telah memberikan bantuan paska panen berupa alat giling basah, kering, pengemasan, sampai menjadi kopi barista.
Disebutkan, harga yang dikenakan terhadap kopi Kedunggong selama ini belum layak lantaran kualitasnya di bawah standar. Di mana harga kopi dari petik campur (merah dan hijau) Rp 18.000 – Rp 20.000. “Kopi Kedunggong rasanya mirip Arabika, dengan ciri khas asem. Kecut-kecut seger,” ucap Slamet yang menunjukkan perkebunan kopi di daerah pegunungan tersebut.
Jika panennya petik merah saja, lanjut Slamet, harganya bisa mencapai Rp 30.000 – Rp 35.000. Apalagi kalau dijual dalam bentuk olahan. Kendati demikian, tidak mungkin kopi Kedunggong akan diolah semua lantaran persediaan melimpah.
Terkait pengembangan kopi Kedunggong nanti, Slamet menyebut akan dipusatkan di satu tempat. Dari Distanbun juga memberi dorongan serta bantuan berupa unit pengelolaan hasil dan gudang. Sedangkan dari pemerintah desa setempat tampaknya belum membaca peluang tersebut.
“Jika ini ditangkap dan desa hadir dengan menampung lewat BUMDes, maka bisa menjadi pendapatan desa,” terang Slamet. Selian kopi, di Desa Kedunggong terdapat berbagai komoditas pertanian yang layak dikembangkan. Antara lain rempah-rempah dan buah-buahan.
“Di Kedunggong, untuk penjualan kemukus saja mencapai Rp 1 miliar. Untuk buah-buahannya ada durian yang khas,” ucap Slamet saat menerima studi banding dari Kajoran Kecamatan Karanggayam dan Alian Kebumen itu.