YOGYAKARTA, SM Network – Perekonomian DIY semakin mengalami tekanan sepanjang triwulan kedua tahun 2020 ini. Pada triwulan pertama, pertumbuhan ekonomi mengalami minus 0,17 persen dan semakin turun di triwulan dua hingga -6,74 persen. Angka ini bahkan lebih rendah dibandingkan data nasional sebesar -5,32 persen.
Menurut Deputi Direktur BI DIY Miyono, kontraksi perekonomian yang cukup dalam itu utamanya bersumber dari merosotnya kinerja industri pariwisata dan beberapa sektor pendukung. “Hampir sebagian besar sektor utama lapangan usaha mengalami kontraksi, seperti akomodasi, usaha makan minum, dan konstruksi. Yang tetap tumbuh positif adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan,” papar Miyono.
Okupansi hotel pada Juni 2020 bahkan minus 75,9 persen. Kondisi ini disebabkan pembatasan aktivitas pasca merebaknya Covid-19 dan penerapan PSBB di sejumlah wilayah di luar DIY, serta larangan mudik lebaran. Pertumbuhan negatif juga dialami sektor penerbangan dimana jumlah penumpang sepanjang triwulan II berkurang 92,58 persen.
Multi efek penurunan kinerja pariwisata tersebut dirasakan pula oleh industri pengolahan yang didominasi UMKM produk kerajinan, dan sektor perdagangan. Miyono menambahkan, meski belum akan berjalan optimal, perekonomian pada triwulan tiga 020 diperkirakan tumbuh lebih baik. Optimisme ini tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) perkiraan kegiatan usaha pada survei di triwulan tiga yang meningkat sekitar -1,03 persen.
edangkan SBT triwulan dua berada pada angka -46,15 persen. “Berdasar survei, indikasi tingkat konsumsi masyarakat juga mulai meningkat. Indeks Keyakinan Konsumen pada Juli 2020 berada pada level 99,3 poin, atau meningkat 2,47 persen (mtm),” paparnya.
Untuk mewujudkan harapan tersebut, sambung Miyono, perlu upaya peningkatan daya beli masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan diantaranya dengan mempercepat realisasi bansos, dan membuka sektor pariwisata secara bertahap dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian.
Amelia Hapsari