YOGYAKARTA, SM Network – Data organisasi kesehatan dunia WHO menyebutkan Indonesia masih menjadi negara dengan statistik penyebaran virus Covid-19 tertinggi se-Asia Tenggara. Respons pemerintah dan masyarakat terkait virus ini cenderung menganggap sepele serta mengabaikannya. Setelah penyebaran virus tidak terkendali baru semua terhenyak.
Penulis buku Covid-19 yang juga dosen Universitas Islam Indonesia, Dr Muhammad Zulfikar Rakhmat mengungkapkan hal itu dalam bedah buku berjudul “Covid-19 di Indonesia”. Kegiatan berlangsung secara daring.
”Berbagai upaya kemudian dilakukan pemerintah untuk bangkit dari keterpurukan dengan menerapkan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Namun hal ini tidak berjalan seperti yang diharapkan, karena pemerintah cenderung lebih mementingkan ekonomi dibandingkan kesehatan dan keselamatan masyarakat. Sampai saat ini, pemerintah masih kurang tegas dalam menangani penyebaran virus Covid-19,” papar Zulfikar.
Ia bersama penulis lain, Dikanaya Tarahita mencoba memberikan gambaran dinamika pandemi Covid-19 di Indonesia dari perspektif ekonomi, politik, sosial dan hubungan internasional. Selain itu, dalam bukunya ia juga menyinggung hubungan antara Tiongkok dan Indonesia di tengah pandemi.
Anggaran Sedikit
Dosen Program Studi Hubungan Internasional UII tersebut menjelaskan di tengah sibuknya dunia menangani penyebaran virus, para ilmuwan dan peneliti juga berusaha mengamati perubahan-perubahan yang ditimbulkan akibat virus, mulai dari dampak di bidang kesehatan, ekonomi, sosial, bahkan di politik. Terutama di Indonesia yang merupakan salah satu negara yang paling terdampak.
”Kami berharap semua pihak termasuk masyarakat luas ikut berperan dalam menangani penyebaran virus Covid-19 di Indonesia,” pinta Zulfikar.
Pembicara lain, ekonom Faisal Basri mengkritik anggaran kesehatan Indonesia yang sedikit. Anggaran tersebut kalah dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang sebenarnya di bawah Indonesia. Ia berharap pemerintah lebih serius menangani kesehatan masyarakat terutama di masa pandemi ini.