Olah Limbah Kayu-Kulit Telur Jadi Karya Bernilai Tinggi

SM/dok - LIMBAH KAYU: Heriyanto fokus mengerjakan kerajinan berbahan limbah kayu dan kulit telur di rumah produksinya di Perum Depkes Blok A7/12 Kota Magelang.

UMKM Pinilih Craft

MAGELANG, SM Network – Bagi kebanyakan orang, limbah industri kayu dan kulit telur barangkali dianggap sebagai sampah semata yang tidak berguna. Akan tetapi, bagi Heriyanto limbah itu bisa diolah menjadi karya yang bernilai seni dan ekonomi tinggi.

Empat tahun lalu merupakan awal Heriyanto merintis usaha kerajinan tangan berbahan dasar limbah kayu dan kulit telur ini. Ia menamakan produknya dengan Pinilih Craft dan terus berkembang hingga saat ini, meski terhambat pandemi Covid-19. Ia membuka workshop di Perum Depkes Blok A7/12 Kota Magelang. Sudah banyak karya yang dikerjakan, seperti mangkuk, gelas, sendok, garpu, sumpit, patung, miniatur, gantungan kunci, kaca, vandel, properti, kotak cincin, dan masih banyak lainnya.

“Awalnya saya mengolah limbah kayu jadi hiasan, pot, dan lainnya. Lalu lihat pameran di Lumbini Borobudur ada kerajinan celengan yang ditempel kulit telur dan terpikir untuk menempelkannya di kayu,” ujarnya ditemui di workhsopnya.

Kebetulan, katanya, di rumah acapkali terdapat limbah kulit telur dan di sekitar rumah banyak usaha pembuatan roti. Jadi, cocok sekiranya limbah kulit telur itu dijodohkan dengan olahan limbah kayunya.

“Setelah dicoba, ternyata banyak yang suka. Saya lanjutkan usahanya sambil bekerja sama dengan warga sekitar,” katanya yang menyebutkan modal awal sekitar Rp 10 juta.

Dalam pengerjaan kerajinan ini, Heri yang juga seorang pekerja bangunan ini dibantu dua karyawannya. Jenis kayu yang dipakainya adalah jati, mahoni, dan jati belanda yang memiliki kelebihan kuat. Produknya pun sudah dipasarkan di berbagai kota di Jawa dan luar Jawa, termasuk Thailand.

“Limbahnya saya ambil dari Temanggung yang terdapat cukup banyak industri pengolahan kayu. Saya pilih yang bagus dan bisa diolah kembali menjadi barang bernilai seni dan ekonomi tinggi,” jelasnya yang menjual karya kreatifnya berkisar Rp 10.000 sampai Rp 200.000 per buah.

Seperti jenis usaha lainnya, Heriyanto juga mengaku usahanya ikut terdampak adanya pandemi Covid-19. Seperti tiadanya pameran kerajinan yang sebelum pandemi kerap diadakan dan diikutinya baik di dalam maupun luar kota.

“Pas ada pameran saya bisa jualan langsung maupun mengenalkan merek serta produk kami. Di saat tidak ada pameran, saya mengandalkan upaya promosi sendiri lewat media sosial atau dari mulut ke mulut. Efek lainnya pesanan berkurang,” paparnya.

Meski begitu, ia tidak menyerah begitu saja. Ia terus berusaha memasarkan produk-produknya, termasuk terus berinovasi agar karyanya selalu menarik perhatian pasar.

“Mulai tahun ini ada harapan besar usaha kembali pulih. Beberapa event pameran akan diadakan, seperti Inacraft di Jakarta bulan Oktober nanti. Saya mewakili Kota Magelang untuk mendisplay kerajinan di event nasional itu,” ungkapnya yang kini juga mengisi galeri UMKM di Yogyakarta International Airport (YIA) Kulonprogo.

Sementara itu, Kepala Disperindag Kota Magelang, Catur Budi Fajar Sumarmo mengutarakan, Pemkot Magelang selalu mendukung kemajuan UMKM. Berbagai upaya dilakukan untuk terus meningkatkan kualitas produk UMKM agar mampu bersaing dengan yang lain.

“Dalam waktu dekat, kami akan mengadakan pelatihan pengemasan yang bekerja sama dengan Indomarko. Akan kita undang 75 UMKM untuk ikut pelatihan. Setelah pelatihan akan dilakukan kurasi hasil usahanya. Kalau yang bagus, produknya akan dititipkan di Indomaret di seluruh wilayah Kota Magelang,” ucapnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan