Ini Sekolah di Sleman yang jadi Pilot Project Manajemen Berbasis Sekolah

SM/Gading Persada - PELATIHAN: Sejumlah tenaga pengajar tengah berdiskusi dalam kegiatan pelatihan praktik Modul I dan II Manajemen Sekolah dan Budaya Baca di Hotel Grand Keisha, Sleman, Sabtu (29/2).

 
SLEMAN, SM Network- Sembilan sekolah di Sleman mulai jenjang sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah pertama (SMP) menjadi pilot project penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

Lewat Program Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran (PINTAR) yang diinisiasi Tanoto Foundation dan di Jogja menggandeng Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sleman, kesembilan sekolah itu bakal mendapatkan pendampingan program MBS selama dua tahun.

“Sembilan sekolah ini kami pilih berdasarkan rekomendasi UNY dan Dinas Pendidikan Sleman untuk menjadi sekolah mitra,” tutur Koordinator Program PINTAR Tanoto Foundation Jateng-DIY Dr Nurkolis MM dalam pembukaan pelatihan praktik Modul I dan II Manajemen Sekolah dan Budaya Baca di Hotel Grand Keisha, Sleman, Sabtu (29/2).

Sekolah yang menjadi mitra, sebut Nurkholis yaitu SDN Ambarukmo,  SDN Deresan, SDN Demak Ijo 1,  SDN Sendangadi 1, SDN Sendangadi Timur,  SDN Catur Tunggal,  SMPN 3 Sleman, SMPN 2 Mlati,  dan  SMPN 1 Depok.

“Pendampingan dua tahun, dan bisa saja ditengah jalan kami hentikan karena kami anggap tidak mampu menerapkan standar MBS,” imbuh dia.

Menurutnya, PINTAR diterapkan untuk mendukung pengembangan sekolah secara optimal. Langkah pertama yang dilakukan yaitu merevitalisasi kembali kolaborasi antara peran serta masyarakat dengan sekolah dalam pengelolaan pendidikan. Langkah ini dinilai sangat tepat, melihat hasil penelitian bahwa kolaborasi dalam bingkai manajemen sekolah sangat berperan besar khususnya bagi peningkatan kualitas pendidikan.

“Untuk melakukan perubahan yang sistematis di sekolah dapat dilakukan mulai dari merubah mindset tentang manajemen di sekolah tersebut. Oleh karena itu, dalam pelatihan ini kami  menyasar pengawas, kepala sekolah, komite sekolah dan guru senior,” tuturnya.

Berlangsung hingga Senin (2/3), PINTAR telah mempertemukan 3 elemen pendidikan di sekolah. Yaitu kepala sekolah, guru senior dan komite sekolah. Mereka duduk bersama dan secara bertahap dipandu untuk berkolaborasi memetakan potensi sekolah untuk dioptimasi sehingga menjadi daya dorong kemajuan sekolah. 

“Manajemen berbasis sekolah cirinya adalah otonom atau mandiri, partisipatif, transparan dan akuntabel dalam pengelolaannya. Dalam pelatihan ini kami menguatkan pada kepemimpinan untuk pembelajaran, penguatan budaya baca, dan partisipasi masyarakat. Kolaborasi kecil dalam pelatihan ini dilakukan dengan mengundang dan melatih kepala sekolah, komite sekolah dan guru senior. Karena mereka yang nanti akan menjadi penggerak utama dalam perubahan manajemen di sekolah,” paparnya.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, Arif Haryono, SH yang hadir dalam pelatihan memberikan penguatan tentang kolaborasi di kelas yang dapat menjadi daya ungkit perbaikan kualitas pendidikan dan pembelajaran. 

“Kurikulum itu benda mati, tetapi bisa dihidupkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Peserta didik itu digerakkan oleh guru, alat peraga pembelajaran digerakkan oleh guru dalam rangkaian proses pembelajaran. Semua ada pada guru. Karena guru itu adalah pengungkit utama untuk meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, perlu dukungan dan kolaborasi dari banyak pihak untuk mendukung guru di kelas. Hal tersebut tidak boleh instan dan terus menerus dikuatkan,” tandas dia.


Gading Persada

Pos terkait

Tinggalkan Balasan