Debit Turun, Sumur Dalam Dioptimalkan

ilustrasi

SLEMAN, SM Network – Dampak musim kemarau mulai dirasakan oleh masyarakat di sebagian wilayah Sleman. Debit sumber air yang dikelola PDAM Sleman saat ini mengalami penurunan 5-10 persen dari rata-rata normal 380 liter per detik.
“Kemarau ini, debitnya terpantau 350-360 liter per detik, atau turun sekitar 5-10 persen. Penurunan debit memang rutin terjadi waktu musim kemarau,” kata Direktur PDAM Tirta Sembada Sleman Dwi Nurwata, Senin (10/8).

Mengantisipasi dampak berkurangnya debit air, PDAM telah menyiapkan langkah optimalisasi sumur dalam. Saat ini ada 10 sumur dalam yang difungsikan oleh PDAM Sleman sebagai sumber ketika musim kemarau. Pada musim hujan, sumur dalam tersebut tidak digunakan mengingat ongkos operasionalnya yang cukup besar, seperti biaya listrik dan zat kimia.

Kendati demikian, sambung Dwi, penggunaan sumber di luar sumur dalam ketika musim hujan selama ini dirasa sudah mampu mencukupi kebutuhan pelanggan yang jumlahnya sekitar 37.600 KK. “Ke depan, kami juga belum ada rencana menambah sumur dalam karena cost-nya tinggi,” ujarnya.

Selain 10 sumur dalam, PDAM juga memiliki sumber berupa 2 mata air, 3 air permukaan, dan 15 sumur dangkal. Berdasar pengalaman, daerah yang biasanya terdampak penurunan debit adalah Ngemplak, dan Turi. Sebelumnya, Kecamatan Gamping juga sering mengalami kesulitan air bersih saat kemarau, namun kini terbantu dengan adanya sarana Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) regional. “Wilayah Prambanan sekarang juga sudah terlayani,” tambahnya.

PDAM Sleman tahun ini menargetkan 39.000 pelanggan. Selama ini, pelanggan paling banyak berada di kawasan perkotaan seperti Kecamatan Mlati, Ngaglik, Depok, dan Condongcatur, sedangkan paling sedikit di wilayah Berbah dan Minggir. Melihat perkembangan properti hotel dan perumahan yang terus tumbuh, Dwi cukup yakin angka target itu bisa tercapai.
Terpisah, Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menjelaskan, bulan Agustus ini merupakan puncak musim kemarau.

arakteristik kemarau tahun ini disebut cenderung agak basah dibanding periode lalu. “Untuk wilayah DIY umumnya, awal Oktober masih musim kemarau,” ujarnya. Masyarakat diimbau untuk menghemat penggunaan air. Sejak jauh hari, petani juga sudah diingatkan agar menyesuaikan pola tanam sesuai iklim agar tidak mengalami gagal panen.


Amelia Hapsari

Pos terkait

Tinggalkan Balasan