BPPTKG Susun Skenario Terburuk Erupsi Merapi

SM/Dananjoyo

YOGYAKARTA, SM Network – Kondisi Gunung Merapi saat ini dipandang memiliki kemiripan dengan histori tahun 2006. Bencana erupsi kala itu memunculkan ekstrusi magma dengan kecepatan tertentu.

Menghadapi potensi erupsi dalam waktu dekat, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) telah menyiapkan skenario terburuk apabila laju ekstrusi magma meningkat hingga 100 ribu m3, dan volume kubah lava mencapai 10 juta m3 serta separo material terlontar. Dengan kondisi tersebut, BPPTKG memperkirakan akan terjadi luncuran awan panas mengarah ke Sungai Gendol sejauh 9 km, Sungai Opak 6 km, dan Sungai Woro 6 km.

“Jika terjadi penambahan bukaan kawah di selatan dan barat, beberapa daerah juga diperkirakan akan terlanda awan panas. Prediksi kami, arahnya ke Kali Apu sejauh 4 km, Kali Trising 7 km, Kali Senowo 8 km, Kali Putih 5 km, Kali Krasak 7 km, Kali Boyong 6,5 km, dan Kali Kuning 7 km,” papar Kepala BPPTKG Hanik Humaida, kemarin.

Menggambarkan tentang Merapi, Hanik menjelaskan gunung tersebut memiliki 5 tipe erupsi yakni freatik, suplinian, vulkanian, tipe Merapi, dan Merapi plus eksplosif. Jika ada peningkatan aktivitas, maka potensi erupsi yang terjadi adalah salah satu dari tipe letusan tersebut.

“Merapi tidak berubah perilakunya. Merapi adalah tetap Merapi yang sering disebut tidak pernah ingkar janji,” tuturnya.
Membuka data lama, Hanik membandingkan antara kronologi aktivitas Merapi pasca erupsi tahun 2010 dan 1872. Peristiwa yang terjadi pada tahun itu memiliki karakteristik sama yakni letusan eksplosif besar dengan volcanic explosivity index (VEI) mencapai 4.

Kejadian alam itu juga sama-sama memunculkan kawah. Enam tahun pasca letusan 1872, Merapi kembali mengalami erupsi eksplosif namun kali ini indeksnya lebih rendah yakni 1. Kondisi ini hampir sama dengan erupsi 2010, dimana dua tahun setelahnya terjadi letusan eksplosif dengan VEI 1. Selama 2012 hingga 2014, BPPTKG mencatat terjadi 6 kali letusan eksplosif.

Berlanjut pada tahun 2018, Merapi mengalami ekstrusi magma dan awan panas disusul letusan di tahun berikutnya. Kilas balik abad 19, pada tahun 1883 juga terjadi ekstrusi magma disertai pembentukan kubah lava. Setahun kemudian, Merapi terus-menerus meletus hingga akhirnya pada tahun 1888 mengalami ekstrusi magma.

“Sekarang yang kita tunggu adalah kapan terjadi ekstruksi magma? Apakah mirip dengan pasca erupsi 1872? Gejalanya sudah terlihat,” ungkap Hanik.

Jika di awal, pusat kegempaan masih berada di dalam, kini posisinya sudah semakin mendekat ke permukaan. Kegempaan meningkat intensif, dan guguran sering terdengar dari pos pemantauan. Gempa vulkanik dangkal juga terasa di Pasar Bubar.

Namun sampai sekarang, kubah lava belum muncul di permukaan. Gempa guguran lava yang terjadi adalah material hasil sisa erupsi tahun-tahun sebelumnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan