MUNGKID, SM Network – Diketahui saat ini aktivitas gunung Merapi mejingkat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang telah menyiapkan sejumlah konsep evakuasi sebagai tanda kesiapsiagaan hal tersebut.
Berdasarkan informasi dari BPTKG Yogyakarta, pihaknya juga terus mengikuti terkait informasi-informasi deformasi tau inflasi jarak. “Tentu yang kita siapkan adalah baik dari pemerintah dengan segala kelengkapannya kemudian masyarakat-masyarakat relawan yang peduli dengan bencana juga kita siapkan,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang, Edy Susanto, Minggu (19/7).
Edy juga mengatakan bahwa pihaknya bersama pemerintah telah mempersiapkan berbagai hal, untuk memberikan rasa nyaman pada masyarakat. “Beberapa waktu yang lalu ada rakor kemudian masyarakat di KRB (kawasan rawan bencana) tiga disiapkan. Persiapannya juga berbeda-beda, untuk masyarakat kita siapkan agar tetap tenang tetapi tetap waspada,” jelasnya.
Ia juga menambahkan berdasar informasi BPPTKG, sejak letusan tanggal 21 Juni kemarin deformasi atau penggembungan di puncak Gunung Merapi saat ini masih terus berjalan. Menurut informasi BPPTKG, deformasi atau penggembungan terjadi sebanyak 6 atau 9 cm/hari. “Artinya masih ada pergerakan magma dari dalam tubuh Gunung Merapi. Kami menangkap sinyal agar kita terus meningkatkan kesiapsiagaan,” tegasnya.
Diketahui Jumlah total warga di KRB III saat ini tercatat sekitar 60 ribu jiwa lebih yang tersebar di 19 desa. Namun berdasar informasi, ancaman letusan Merapi dari deformasi kubah lava mengarah ke barat laut maka BPBD memperkirakan hanya beberapa desa saja yang akan terdampak.
Edy menegaskan bahwa saat ini kondisi 17 barak pengungsian yang tersebar di sejumlah titik dalam kondisi baik. Meski demikian BPBD Kabupaten Magelang telah menyiapkan sejumlah konsep evakuasi dalam masa pandemi Covid 19 yang dapat disesuaikan dengan protokol kesehatan serta lebih ramah bagi warga yakni sister Village atau pola pengungsian bersaudara.
Metode desa bersaudara itu menurut Edy adalah melakukan evakuasi masyarakat yang berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III lereng Merapi kebawahnya di kaki gunung yang lebih aman.
“Jumlah itu hanya angka statistic atau analisa saja. Kita mempersiapkan diri dengan konsep desa bersaudara desa KRB tiga berkomunikasi dengan desa penyangga,” jelasnya Edy.
Hingga saat ini status gunung Merapi berstatus waspada, maka tiga KM dari puncak Merapu dikosongkan. Edy mengtakan ada dua kemungkinan jika terjadi letusan. “Yang pertama terjadi guguran lava, maka yang harus diwaspadai itu awan panasnya. Kalau ekspdosif maka yang harus diwaspadai jatuhan materialnya tetapi itu pun jaraknya tiga kilometer,” terangnya.
Dian Nurlita/ita