MUNGKID, SM Network – Setelah 38 hari berada di pengungsian, ratusan pengungsi dari Dusun Babadan I Kecamatan Dukun yang menempati Tempat Evakuasi Akhir (TEA) Balai Desa Banyurojo Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang nekat pulang ke rumahnya masing-masing, dengan alasan akan memulihkan ekonomi.
Wakil Koordinator Pengungsi Babadan I di Balai Desa Banyurojo, Wahyudi mengatakan warga sudah sepakat untuk pulang sementara, karena sudah ingin kembali ke ladang dan bertani lagi. “Selama di pengungsian kami tidak lagi mengurus ladang, sehingga perekonomian kami lumpuh. Selain itu, warga juga ingin bersih-bersih rumah karena sudah kotor akibat lama ditinggalkan,” jelasnya kemarin.
Menurutnya warga sangat memahami kondisi Merapi saat ini yang memasuki level III atau Siaga. Oleh karena itu, warga bersedia untuk mengungsi di tempat yang sudah disediakan oleh pemerintah. “Namun dengan ini kami memohon ijin untuk pulang sementara karena kami ingin memulihkan ekonomi dulu, karena selama disini ekonomi warga menjadi lumpuh,” ungkapnya.
Wahyudi mengatakan bahwa para warga berjanji akan kembali lagi ke pengungsian bila aktivitas Merapi kembali meningkat dan diinstruksikan untuk mengungsi.
Menurutnya, kepulangan ini merupakan inisiatif warga, sehingga mereka membuat surat pernyataan diatas kertas bermeterai. Surat pernyataan itu ditandatangani 7 ketua RT di Dusun Babadan I.
Sementara itu, warga pulang menggunakan 20 kendaraan yang diusahakan sendiri. Bahkan ada juga yang diangkut menggunakan mobil ambulance. Beberapa diantaranya pulang menggunakan sepeda motor.
Wahyudi menambahkan, semenjak mengungsi warga tidak lagi mengurusi ladang pertanian ataupun peternakan. Meski yang mengungsi adalah kelompok rentan, wanita, lansia, anak-anak dan warga sakit, namun warga yang sehat tetap ikut mengungsi untuk mendampingi mereka. “Seperti saya, yang harus menunggu istri dan anak-anak saya yang masih kecil,” ujarnya.
Sementara itu Kepala Desa Banyorojo, Ikhsan Maksum mengatakan pihaknya sudah menyampaikan ke BPBD terkait dengan rencana kepulangan ini. “Kalau kita tidak dalam kapasitas menjelaskan kondisi gunung Merapi seperti apa. Kita pemerintah Desa Banyurojo tidak memahami sejauh itu. Yang lebih paham mereka sendiri karena setiap hari disana. Tapi karena ini keinginan mereka sendiri, ya kita bisa berbuat apa. Kita tidak ‘nggondeli’ (menghalangi),” paparnya.
Sebenarnya warga sudah ingin pulang sejak 30 November bersamaan dengan berakhirnya masa tanggap darurat. Namun karena masa tanggap darurat diperpanjang sampai 14 Desember, warga kemudian mengurungkan untuk pulang. “Waktu itu juga ada pak Kalak BPBD yang memberikan pengertian dan warga saat itu warga mau mengerti,” ungkapnya.
Kepada warga pengungsi, Maksum menyampaikan, bahwa kepulangan pengungsi ke rumahnya masing-masing sifatnya hanya sementara. Bila ada peningkatan aktivitas gunung Merapi, dan mereka di perintah untuk mengungsi, maka kami siap menerima kembali,” tegasnya.
Untuk fasilitas pengungsi seperti bilik, logistik yang awet masih akan dipertahankan disini. Seperti diketahui, desa Banyurojo menampung sebanyak 286 pengungsi dari Dusun Babadan I Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Mereka sudah mengungsi sejak 6 November lalu atau sejak Merapi naik statusnya ke level III (Siaga).