Akibat Gerakan Jateng di Rumah Saja, Pasar Tradisional Ramai Pengunjung

SM/Asef F Amani - TETAP BUKA: Sejumlah pedagang melayani pengunjung yang berbelanja di Pasar Rejowinangun Kota Magelang yang tetap buka meski ada gerakan "Jateng di Rumah Saja" pada Sabtu-Minggu (6-7/2).

MAGELANG, SM Network – Gerakan “Jateng di Rumah Saja” yang digagas Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo pada Sabtu-Minggu (6-7/2) berdampak pada ramainya kondisi pengunjung di pasar tradisional di Kota Magelang. Di antaranya Pasar Rejowinangun dan Pasar Kebonpolo yang selama dua hari ini nampak lebih ramai dari biasanya.

Pramono (38), salah satu pedagang di Pasar Rejowinangun mengatakan, pengunjung pasar lebih ramai dari hari-hari sebelumnya. Peningkatan keramaian ini dilihatnya sejak hari Kamis (4/2) lalu sampai Jumat (5/2).

“Sudah dua hari ini jumlah pengunjung tidak seperti biasanya, lebih ramai. Pembeli sepertinya ingin menyetok bahan pokok, dan juga sebagai persiapan menghadapi gerakan ini (Jateng di Rumah Saja, res),” ujarnya di lapaknya, Jumat (5/2).

Dia menuturkan, sebenarnya ia dan pedagang lain sudah mendengar kabar terbaru terkait gerakan dari gubernur itu dari pusat informasi Pasar Rejowinangun. Kabar itu berisi bahwa, Wali Kota Magelang tetap memperbolehkan pasar tradisional untuk buka pada Sabtu dan Minggu, hanya saja harus lebih menaati protokol kesehatan.

“Jam operasional juga dibatasi hanya buka sampai jam 15.00 WIB dari sebelumnya bisa lebih sore. Termasuk selalu diawasi oleh Satpol PP,” katanya.

Menurutnya, meski akhirnya pasar tradisional boleh buka, namun imbas dari gerakan “Jateng di Rumah Saja” ini sangat besar. Dia menyebutkan, ada beberapa pedagang yang akhirnya memutuskan libur pada hari Sabtu dan Minggu.

“Adanya kabar pasar ditutup, pedagang seperti tempe dan tahu bilang akan libur, karena sudah tidak ada yang memasok/memproduksi,” jelasnya.

Selain itu, imbuh Pramono, tepat setelah muncul isu tersebut harga beberapa bahan pokok langsung melambung tinggi, misalnya jagung yang awalnya Rp 7.000/kg naik menjadi Rp 9.000/kg.

Hal ini juga diamini oleh pedagang sembako, Rum (50) yang mengaku harga telur melonjak menjadi Rp 22.500/kg dari sebelumnya Rp 19.500/kg.

“Harga langsung naik, mungkin karena banyak pembeli gara-gara ada kabar pasar ditutup karena gerakan itu,” ungkapnya yang mengaku, sebenarnya selalu mengikuti kebijakan pemerintah, tapi diharap ada penjelasan yang baik kepada pedagang.

Terpisah, Kepala UPT Pasar Kebonpolo, Teguh Karyawan mengemukakan, pasar tetap dibuka sesuai keputusan Pemkot Magelang. Namun jam operasional di seluruh pasar di Kota Magelang berkurang 1 jam dari biasanya.

“Di sini tutup lebih cepat 1 jam menjadi jam 3 sore. Di Pasar Rejowinangun juga sama tutup lebih cepat,” tuturnya.

Dia melihat, ada akibat yang muncul dari gerakan Jateng di Rumah Saja, yakni membludaknya pengunjung di Pasar Kebonpolo. Terpantau dari Kamis kemarin jumlah pengunjung lebih banyak dibanding hari-hari biasanya.

“Kamis itu ramai sekali pasar. Oleh karena itu, kami mengumumkan kepada pengunjung bahwa pasar tetap buka seperti biasanya, hanya tutup lebih cepat. Kalau hari ini sendiri juga ramai, namun mungkin karena sudah ada sosialisasi kemarin jadi sekarang tidak seramai Kamis kemarin,” terangnya.

Sementara itu, Mursiyah, pedagang sayur di Pasar Kebonpolo mengaku, adanya pemberlakuan ini sangat merugikan penjual. Walaupun hanya dua hari namun pemasukan yang seharusnya didapat itu cukup lumayan, terlebih Sabtu dan Minggu merupakan hari libur.

“Tapi saya senang, karena akhirnya pasar tetap buka. Kalau tutup ya lumayan juga kasian pedagangnya tidak dapat pemasukan. Walaupun tutup lebih cepat tidak masalah, terlebih sekarang dan kemarin pasar jadinya ramai pengunjung. Pedagang tetap senang,” imbuhnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan