KEBUMEN, SM Network – Belum jelasnya kendaraan partai politik (Parpol) bagi bakal calon bupati – wakil bupati Eno Syafrudien – Ridwan, mengundang spekulasi adanya calon tunggal dalam menghadapi Pilbup 9 Desember 2020. Terlebih, dari sembilan Parpol pemilik 50 kursi DPRD Kebumen, semuanya sudah deklarasi untuk satu pasangan.
Terakhir PKB yang mendeklarasikan kandidat sama seperti Parpol lainnya pada Kamis (13/8). Deklarasi partai yang salah satu tokoh pusatnya terdapat Wapres KH Ma’ruf Amin itu sedianya digelar Minggu (9/8). Namun hingga diundur empat hari kemudian, ternyata belum ada tanda-tanda Eno mendapatkan tiket maju Pilkada bersama Ridwan.
“Tapi apa iya, elite PKB di tingkat daerah maupun pusat tidak mengetahui kalau Eno menantunya Wapres KH Ma’ruf Amin,” kata Pegiat Akar Rumput (Pakar) Kebumen, Mohamad Romeli, Jumat (14/8). Kali ini kepada Suara Merdeka ia mengaku sebagai calon tunggal Ketua PAC PDIP Kecamatan Buluspesantren, lalu mengundurkan diri sebelum gelaran musyawarah anak cabang (Musancab).
Ihwal pengundurannya tersebut, Romeli yang sekian lama menjabat Sekretaris PAC itu enggan mengutarakan lebih lanjut. Bahkan tak menghendaki klarifikasi maupun konfirmasi dari pengurus di tingkat kabupaten atau DPC. “Soalnya ini dari Semarang mas. Dan Ketua DPD yang tanda tangan SK PAC,” sergah Romeli yang memilih pensiun sebagai pengurus partai.
Ia pun menemui Ketua PAC PDIP Buluspesantren Pujiono yang tidak mencalonkan kembali dalam Musancab kali ini serta senior partai tersebut, Sunarto. Saat disinggung ketika ada pihak yang tidak puas atas keputusannya itu, Romeli justru mengungkapkan kekecewaan akar rumput terhadap kalangan elite yang menghendaki calon tunggal dalam Pilbup 2020 di Kebumen.
Kini pun tampak pada Parpol – parpol yang cenderung menutup calon lain. Mestinya, terang Romeli, Parpol itu menghasilkan pemikiran, ide dan gagasan. Bukan seperti perusahaan yang mengedepankan keuntungan atau profit oriented. “Kalau tidak memproduksi pemikiran, meskipun banyak uang untuk biaya politik, tetap saja tidak menjamin akan jalan ataupun menang dalam pemilihan,” ucapnya.
Hal tersebut juga bisa terjadi pada Parpol yang berulangkali menang Pemilu namun kalah Pilkada. Seperti dialami PDIP di Kebumen yang keok dua kali setelah era Bupati Rustriningsih. Dan jika pernyataannya dianggap angin lalu, Romeli pun menunjukkan adanya kekuatan dari arus bawah atau akar rumput (grass root) yang gelombangnya tak terbendung.
Sebagaimana realitas melejitnya kotak kosong yang ditopang sukarelawan dari segala penjuru Kebumen. Kekuatan massif tak terstruktur itu lantas terbentuk Mas Koko, akronim dari kotak kosong atau kolom tanpa gambar pada surat suara. “Ya tentu masyarakatlah yang akan memproduksi pemikiran untuk memilih kotak kosong, jika Pilbup nanti benar-benar hanya ada calon tunggal,” tutur Romeli.
Kendati demikian, ia lebih menginginkan adanya kompetisi dalam pesta demokrasi langsung tersebut. Begitu pula masyarakat lapisan bawah yang menghendaki Pilkada di Kebumen ada lawan. “Siapapun itu mustinya ada lawan. Biar calonnya benar-benar teruji. Dan lebih penting lagi agar demokrasi di Kebumen berjalan dengan sehat,” tandasnya.
Arif Widodo / K5